DUMAI (BKC) – Proses seleksi jabatan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Dumai kembali menuai sorotan publik. Sejumlah kalangan menilai asesmen yang tengah berlangsung hanya sebatas formalitas, lantaran nama calon yang akan menduduki kursi strategis tersebut disebut-sebut sudah dikantongi Wali Kota Dumai jauh sebelum proses dimulai.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, sejumlah peserta seleksi bahkan sudah pesimistis dengan hasil akhir. Mereka menilai Panitia Seleksi (Pansel) Sekda tidak sepenuhnya independen, sehingga proses yang semestinya berbasis meritokrasi justru dinilai sarat kepentingan.
Pasca akan ditinggalkan oleh H. Indra Gunawan yang memasuki masa pensiun, posisi Sekretaris Daerah kini menjadi rebutan. Sebanyak tujuh calon Sekda Kota Dumai mengikuti tahapan asesmen kompetensi manajerial Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (JPTP) yang dilaksanakan pada Senin–Selasa, 13–14 Oktober 2025 di Pekanbaru.
Tujuh calon itu antara lain: Budi Hasnul (Kepala Bappeda), Fahmi Rizal (Kepala Bapenda), Muhammad Yunus (Asisten Pemerintahan/Plt Kadis Kominfotiksan), Said Effendi (Kadis Perhubungan), H. Syaiful (Kadis Kesehatan), Hj. Yusmanidar (Asisten Perekonomian), dan Zulkarnaen (staf Pemko Dumai, mantan Kadis Perdagangan).
Namun, dari ketujuh nama itu, beredar isu bahwa satu calon yang kini menjabat kepala dinas menyatakan mundur dari seleksi karena kecewa dengan dinamika proses. Informasi tersebut diperkuat oleh sumber internal di Pemko Dumai yang meminta identitasnya tidak disebutkan.
“Said Perhubungan (Said Effendi) tidak hadir,” ungkap sumber yang merupakan pejabat eselon II di Pemko Dumai, Senin malam (13/10/2025), kepada Redaksi Grup Bersama.
Sumber itu menyebutkan, ketidakhadiran Said Effendi di tahap asesmen manajerial di Pekanbaru menjadi sinyal kuat adanya kekecewaan terhadap proses seleksi yang dianggap tidak transparan. Padahal, sebelumnya Panitia Seleksi yang diketuai H. Ilyas Husti telah mengumumkan tujuh nama yang dinyatakan lolos administrasi.
Pemerhati sosial Kota Dumai, Mufaidnuddin, turut angkat suara. Ia menilai Pansel tidak sepenuhnya independen dan menuding adanya aroma intervensi dalam proses tersebut.
“Kalau lihat arah prosesnya, kayaknya sudah bisa ditebak siapa yang bakal terpilih. Banyak yang bilang nama itu sudah disetujui wali kota jauh sebelum asesmen dimulai,” kata Mufaidnuddin, Selasa (14/10/2025).
Menurutnya, krisis kepercayaan publik terhadap seleksi jabatan tinggi pratama harus menjadi alarm bagi pemerintah daerah.
“Kalau publik sudah menilai prosesnya formalitas, artinya ada krisis kepercayaan. Ini berbahaya bagi sistem merit ASN dan semangat reformasi birokrasi,” tegasnya.
Posisi Sekretaris Daerah sendiri merupakan jabatan strategis yang berperan sebagai motor penggerak birokrasi dan pengendali kebijakan administratif di lingkungan Pemerintah Kota Dumai. Karena itu, publik menaruh perhatian besar terhadap proses pengisian jabatan tersebut.
Isu lain yang beredar menyebutkan, jika Said Effendi benar mundur, maka Fahmi Rizal, Kepala Bapenda Dumai, disebut-sebut menjadi kandidat terkuat menggantikan H. Indra Gunawan. Keduanya disebut memiliki kedekatan dengan Wali Kota Dumai, dan telah lama digadang-gadang bakal bersaing ketat memperebutkan posisi Sekda.
Namun di mata publik, dua nama tersebut kini dinilai unggul bukan karena kompetensi, melainkan karena faktor kedekatan politik dan personal dengan kepala daerah.
“Kalau benar proses ini sudah diskenariokan sejak awal, maka semangat meritokrasi dan reformasi birokrasi yang digaungkan pemerintah pusat kembali tercoreng di daerah,” pungkas Mufaidnuddin. (*)
Penulis: Edriwan
0 Komentar